Kelompok usia pemuda, menurut literatur psikologi, masih
dianggap sebagai kelompok yang terbuang dari kawanan manusia yang”normal”
dengan suatu sub kultur tersendiri karena masa pemuda ditandai dengan berbagai
perubahan menuju ke arah tercapainya kematangan dalam berbagai aspek seperti
biologis,intelektual,emosional,sikap,dan nilai.Kenyataan ini lebih Nampak pada
masa pembangunan,yang memberikan dampak perubahan sosial. Di satu pihak
menimbulkan masalah penyediaan lapangan kerja, alokasi peran sosial, dan
menggugah kestabilan sosial,tetapi dipihak lain merupakan kesempatan bagi masyarakat
untuk memodifikasi atau mengadakan perubahan-perubahan dalam strukturnya. Salah
satunya adalah proses sosialisasi,yaitu penyesuaian kemungkinan yang terkandung
dalam generasi baru tersebut dengan kebudayaan. Misalnya dengan berbagai jenis
lembaga pendidikan. Makin kompleks perkembangan kebudayaan, semakin melebar
pula fungsi lembaga-lembaga tersebut. Maka masalah pemuda tidak henti-hentinya
dibicarakan, masalah kompleks meliputi identitas,pendidikan ,beban psikologis,
dan generasi.
Pemuda
Pemuda adalah suau generasi yang dipundaknya terbebani
bermacam-macam harapan, terutama dari generasi lainnya. Hal ini dapat
dimengerti karena pemuda diharapkan sebagai generasi penerus, generasi yang
akan melanjutkan perjuangan generasi sebelumnya, generasi yang harus mengisi
dan melangsungkan estafet pembangunan secara terus menerus.
Proses sosialisasi generasi muda adalah suatu proses yang sangat menentukan
kemampuan diri pemuda untuk menselaraskan diri di kehidupan masyarakat.
DEFINISI
PEMUDA
Definisi yang pertama, Pemuda adalah individu yang
bila dilihat secara fisik sedang mengalami perkembangan dan secara psikis
sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya
manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang. Sebagai calon generasi
penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya. Secara internasional,WHO
menyebut sebagai” young people” dengan batas usia 10-24 tahun, sedangkan usia
10-19 tahun disebut ”adolescenea” atau remaja. International Youth Year yang
diselenggarakan tahun 1985, mendefinisikan penduduk berusia 15-24 tahun sebagai
kelompok pemuda.
Definisi yang kedua, pemuda adalah individu dengan
karakter yang dinamis, bahkan bergejolak dan optimis namun belum memiliki
pengendalian emosi yang stabil. Pemuda menghadapi masa perubahan sosial maupun
kultural.
Sedangkan menurut draft RUU Kepemudaan, Pemuda adalah
mereka yang berusia antara 18 hingga 35 tahun. Menilik dari sisi usia maka
pemuda merupakan masa perkembangan secara biologis dan psikologis. Oleh
karenanya pemuda selalu memiliki aspirasi yang berbeda dengan aspirasi
masyarakat secara umum. Dalam makna yang positif aspirasi yang berbeda ini
disebut dengan semangat pembaharu.
Dalam kosakata bahasa Indonesia, pemuda juga
dikenal dengan sebutan generasi muda dan kaum muda. Seringkali terminologi
pemuda, generasi muda, atau kaum muda memiliki definisi beragam. Definisi
tentang pemuda di atas lebih pada definisi teknis berdasarkan kategori usia
sedangkan definisi lainnya lebih fleksibel. Dimana pemuda/ generasi muda/kaum
muda adalah mereka yang memiliki semangat pembaharu dan progresif.
Sosialisasi
Sosialisasi merupakan
proses belajar mengajar mengenai pola-pola tindakan interaksi dalam masyarakat
sesuai dengan peran dan status sosial yang dijalankan masing-masing. Dengan
proses itu, individu akan mengetahui dan menjalankan hak dan kewajibannya berdasarkan
peran status masing-masing dan kebudayaan suatu masyarakat.
Melalui proses belajar
semacam ini, seseorang juga mempelajari kebiasaan-kebiasaan, norma-norma,
perilaku, peran, dan semua aturan yang berlaku di masyarakat. Proses
mempelajari unsur-unsur budaya suatu masyarakat inilah yang disebut dengan
sosialisasi.
1. Soejono Dirdjosisworo
Menurut pendapat Soejono Dirdjosisworo
(1985), sosialisasi mengandung tiga pengertian penting, yaitu:
o Proses sosialisasi adalah proses
belajar, yaitu suatu proses akomodasi yang mana individu menahan, mengubah
impulsimpuls dalam dirinya dan mengambil cara hidup atau kebudayaan
masyarakatnya.
o Dalam proses sosialisasi itu individu
mempelajari kebiasaan, sikap, ide-ide, pola-pola nilai dan tingkah laku, dan
ukuran kepatuhan tingkah laku di dalam masyarakat di mana ia hidup.
o Semua sifat dan kecakapan yang dipelajari
dalam proses sosialisasi itu disusun dan dikembangkan sebagai suatu kesatuan
dalam diri pribadinya.
2. Charlotte Buhler
Sosialisasi adalah
sebuah proses yang membantu individu-individu belajar dan menyesuaikan diri
terhadap bagaimana cara hidup dan bagaimana cara berpikir kelompoknya, agar ia
dapat berperan dan berfungsi dalam kelompoknya.
3. Peter L. Berger
Sosialisasi adalah suatu
proses seorang anak belajar menjadi anggota yang berpartisipasi dalam
masyarakat.
4. Robert M.Z. Lawang
Sosialisasi adalah
proses mempelajari norma, nilai, peran, dan semua persyaratan lainnya yang
diperlukan untuk memungkinkan berpartisipasi yang efektif dalam kehidupan
sosial.
5. Prof. Dr. Nasution, S.H.
Sosialisasi adalah proses membimbing
individu ke dalam dunia sosial.
6. Sukandar Wiraatmaja, M.A.
Sosialisasi adalah suatu
proses yang dimulai sejak seseorang itu dilahirkan untuk dapat mengetahui dan
memperoleh sikap, pengertian, gagasan, dan pola tingkah laku yang disetujui
oleh masyarakat.
7. Drs. Suprapto
Sosialisasi adalah suatu
proses belajar berinteraksi dalam masyarakat sesuai dengan peranan yang
dijalankan.
8. Hasan Shadily
Sosialisasi adalah
proses di mana seseorang mulai menerima dan menyesuaikan diri terhadap adat
istiadat suatu golongan. Di mana lambat laun ia akan merasa sebagian di
golongan itu.
9. Jack Levin dan James L. Spates
Sosialisasi adalah
proses di mana kebudayaan diteruskan dan diinternalisasikan oleh kepribadian
individu.
10. John C. Macionis
Sosialisasi adalah
pengalaman sosial seumur hidup, di mana individu dapat mengembangkan potensinya
dan mempelajari pola-pola kebudayaan mereka.
11. Edwar A. Ross
Sosialisasi adalah
pertumbuhan perasaan ”kita”. Di mana perasaan ini akan menimbulkan tindakan
segolongan.
12. Laurence
Sosialisasi adalah proses pendidikan atau latihan seseorang yang belum berpengalaman dalam suatu kebudayaan dan berusaha menguasai kebudayaan sebagai aspek berikutnya.
Sosialisasi adalah proses pendidikan atau latihan seseorang yang belum berpengalaman dalam suatu kebudayaan dan berusaha menguasai kebudayaan sebagai aspek berikutnya.
13. Bruce J. Cohen
Sosialisasi dipahami
sebagai proses pembelajaran seorang individu terhadap nilai-nilai dan
norma-norma yang ada dalam masyarakat sehingga seseorang menjadi bagian dari
masyarakat.
Tipe,Tahap,dan Jenis-jenis Sosialisasi
Tipe Sosialisasi
·
Formal
Sosialisasi tipe ini terjadi melalui lembaga-lembaga yang berwenang menurut
ketentuan yang berlaku dalam negara, seperti pendidikan di sekolah dan
pendidikan militer.
·
Informal
Sosialisasi tipe ini terdapat di masyarakat atau dalam pergaulan yang bersifat
kekeluargaan, seperti antara teman, sahabat,
sesama anggota klub, dan kelompok-kelompok sosial yang ada di dalam masyarakat.
Tahapan Sosialisasi:
1.
Tahap Persiapan,
dimulai pada saat seorang anak lahir dan ia mempersiapka diri untuk menghadapi
dunia sosialnya.
2.
Tahap Meniru, tahap
dimana seorang anak meniru peran-peran orang dewasa yang ada disekitarnya
(Orang tua, teman yang lebih tua, dll)
3.
Tahap Siap Bertindak,
dimana peniruan yang dilakukan anak mulai berkurang dan dan secara perlahan
digantikan oleh peran yang akan dimainkan olehnya
4.
Tahap Penerimaan Norma
Kolektif, dimana seorang telah dianggap dewasa dan bisa berdiri dengan dua kaki
sendiri
Jenis-Jenis
Sosialisi
berdasarkan jenisnya,
sosialisasi dibagi menjadi dua: sosialisasi primer (dalam keluarga) dan
sosialisasi sekunder (dalam masyarakat).
·
Sosialisasi Primer
Peter L. Berger dan Luckmann mendefinisikan sosialisasi
primer sebagai sosialisasi pertama yang dijalani individu semasa kecil dengan
belajar menjadi anggota masyarakat (keluarga). Sosialisasi primer berlangsung
saat anak berusia 1-5 tahun atau saat anak belum masuk ke sekolah. Anak mulai mengenal anggota keluarga dan lingkungan keluarga. Secara bertahap dia mulai mampu
membedakan dirinya dengan orang lain di sekitar keluarganya.
Dalam tahap ini, peran orang-orang yang
terdekat dengan anak menjadi sangat penting sebab seorang anak melakukan
pola interaksi secara terbatas di dalamnya. Warna kepribadian anak akan sangat
ditentukan oleh warna kepribadian dan interaksi yang terjadi antara anak dengan
anggota keluarga terdekatnya.
·
Sosialisasi Sekunder
Sosialisasi sekunder adalah suatu proses sosialisasi lanjutan setelah
sosialisasi primer yang memperkenalkan individu ke dalam kelompok tertentu
dalam masyarakat. Bentuk-bentuknya adalah resosialisasi dan desosialisasi.
Dalam proses resosialisasi, seseorang diberi suatu identitas diri yang baru.
Sedangkan dalam proses desosialisasi, seseorang mengalami 'pencabutan'
identitas diri yang lama.
SOSIALISASI PEMUDA
Melalui proses
sosialisasi, seseorang (pemuda) akan terwarnai cara berpikir
dan
kebiasaan-kebiasaan hidupnya. Dengan demikian, tingkah laku seseorang
akan dapat
diramalkan. Dengan proses sosialisasi, seseorang menjadi
tahu bagaimana
ia mesti bertingkah laku di tengah-tengah masyarakat dan
lingkungan
budayanya. Dari keadaan tidak atau belum tersosialisasi, menjadi
manusia
masyarakat dan beradab. Kedirian dan kepribadian melalui proses
sosialisasi
dapat terbentuk, di mana kepribadian itu merupakan suatu kompo-
nen penyebab
atau pemberi warna dari wujud tingkah laku sosial manusia.
Jadi, dalam hal
ini sosialisasi diartikan sebagai proses yang membantu individu
melalui belajar
dan menyesuaikan diri, bagaimana cara hidup dan bagaimana
cara berpikir
kelompoknya agar dapat berperan dan berfungsi dalarm
kelompoknya
(Charlatte Buchler, 1968). Sosialisasi merupakan salah satu
proses belajar
kebudayaan dari anggota masyarakat dan hubungannya dengan
sistem sosial.
Dalam proses tersebut seorang individu dari masa anak-anak
hingga masa
dewasa belajar pola-pola tindakan dalam interaksi dengan segala
macam individu
sekelilingnya, yang menduduki beraneka macam peranan
sosial yang
mungkin ada dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam
sosialisasi, perkembangan individu-individu akan selalu tampak
karena mereka
dapat menerapkan pengalaman-pengalaman baru dari
perkembangan-perkembangan
yang ada di sekelilingnya, berjalan terus dengan
segala daya
imitasinya.
Setiap individu
dalam masyarakat yang berbeda mengalami proses
sosialisasi
yang berbeda pula karena proses sosialisasi banyak ditentukan oleh
susunan
kebudayaan dan lingkungan sosial yang bersangkutan. Berbeda
dengan
inkulturasi yang mementingkan nilai-nilai dan norma-norma
kebudayaan
dalam jiwa individu, sosialisasi dititikberatkan pada soal individu
dalam kelompok
melalui pendidikan dan perkembangannya. Oleh karena
itu proses
sosialisasi melahirkan kedirian dan kepribadian seseorang. Kedirian
(self) sebagai
suatu produk sosialisasi, merupakan kesadaran terhadap diri
sendiri dan
memandang adanya pribadi orang lain di luar dirinya. Kesadaran
terhadap diri
sendiri membuat timbulnya sebutan "aku" atau "saya",
sebagai
kedirian
subjektif yang sulit dipelajari.
Dari pembahasan
tentang pemuda dan sosialisasi (tinjauan teori), sampailah
pada pokok
pembicaraan tentang sosialisasi para pemuda. Pemuda sebagai
permasalahan,
seperti masa peralihan, kebutuhan untuk mandiri, menyebabkan
timbulnya
gejolak yang macam-macam. Dalam hal ini peranan lingkungan yang
membentuk
kepribadian dan mencari kedirian pemuda menjadi pentingdisertai
bimbingan yang
bijaksana.
Bertitik tolak
dari pengertian pemuda, maka sosialisasi pemuda dimulai
dari umur 10
tahun dalam lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan jalur
organisasi
formal atau informasi untuk berperan sebagai makhluk sosial,
makhluk
individual bagi pemuda. Maka dalam lingkungan untuk terjadi
proses belajar
kebudayaan harus diciptakan suatu kondisi di mana pola-pola
tindakan dalam
interaksinya diikat oleh suatu nilai filsafat budaya bangsa
dan agama.
Faktor
lingkungan bagi pemuda dalam proses sosialisasi memegang
peranan
penting, sebab proses sosialisasi pemuda terus berlanjut dengan segala
daya imitasi
dan identitasnya. Pengalaman demi pengalaman akari diperoleh
pemuda dari
lingkungan di sekelilingnya. Lebih-lebih pada masa peralihan
atau transisi
dari masa muda menjelang dewasa, ketika sering terjadi konflik
nilai, wadah
pembinanya harus lebih fleksibel, mampu dan mengerti dalam
membina pemuda
tanpa harus mematikan jiwa mudanya yang penuh dengan
vitalitas
hidup.
Buku Ilmu Sosial Dasar By. M. Munandar Soelaeman
Komentar
Posting Komentar